Senin, 13 Mei 2013

Konsep Pengkajian Keperawatan dan proses berfikir dianhusada


Standart untuk Berfikir Kritis
1.Kejelasan (clarity)
Supaya bisa bersikap kritis terhadap pandangan atau pendapat orang lain, kita harus mendengar atau membaca pendapat orang itu. Ini yang seringkali bermasalah. Tidak jarang kita menemukan betapa pendapat orang tersebut sulit dimengerti. Sebabnya bisa macam-macam. Ada orang yang sulit mengemukakan pendapatnya karena tidak terampil dalam berkomunikasi. Ada orang yang memang bodoh, tetapi yang lainnya lebih karena kemalasan atau ketidakpeduliaan. Dengan kata lain, kejelasan (clarity) dalam mengemukakan gagasan atau pendapat menjadi salah satu standar berpikir kritis.
2.Presisi (precision)
Ketepatan (presisi) dalam mengemukakan pikiran atau gagasan sangat ditentukan oleh bagaimana seseorang membiasakan dan melatih dirinya dalam mengobservasi sesuatu dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis atas apa yang diamatinya tersebut. Kemampuan presisi juga berhubungan dengan apa yang diistilah dengan close attention. “Really valuable ideas can only be had at the price of close attention,” demikian Charles S. Pierce.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak bidang yang membutuhkan presisi. Misalnya dalam bidang kedokteran, teknik, arsitektur, dan sebagainya. Dalam pemikiran kritis pun dibutuhkan ketepatan. Kemampuan mengamati dan menentukan apa yang sebenarnya sedang terjadi atau sedang dihadapi membutuhkan kemampuan presisi ini. Misalnya, Anda seorang dokter menghadapi pasien dengan gejala-gejala tertentu. Anda harus dengan tepat mengatakan jenis penyakit apa yang diderita pasien tersebut plus alasan-alasannya
3.Akurasi (Accuracy)
Keakuratan putusan kita sangat ditentukan oleh informasi yang masuk ke dalam pikiran kita. Jika kita menginput informasi yang salah atau menyesatkan, maka jangan heran kita menghasilkan suatu putusan atau kesimpulan yang salah pula. Misalnya, seorang pemimpin perusahaan memutuskan memecat karyawannya karena mendengar informasi yang salah dari karyawan lain bahwa karyawan yang dipecat itu melanggar kode etik perusahaan. Seharusnya sang pimpinan memanggil dan menggali sendiri informasi dari karyawan tersebut dan informasi-informasi lainnya yang terkait. Meskipun Anda seorang yang sangat pintar, Anda tetap bisa mengambil putusan yang keliru jika informasi yang Anda dapatkan keliru.
Orang yang selalu berpikir kritis tidak akan gegabah dalam mengambil putusan jika informasi-informasi yang dibutuhkan belum mencukupi. Mereka yang terbiasa berpikir kritis tidak hanya menjunjung tinggi dan memberikan penilaian pada suatu kebenaran. Mereka juga memiliki passion yang mendalam tentang keakuratan dan informasi-informasi yang tepat. Socrates mengatakan bahwa hidup yang tidak direfleksikan tidak pantas untuk dihidupi tampaknya tepat untuk menggambarkan kemampuan berpikir kritis yang satu ini.
4.Relevansi (Relevance)
 Yang dimaksud di sini adalah bagaimana kita memusatkan perhatian pada informasi-informasi yang dibutuhkan bagi kesimpulan berpikir kita, dan tidak membiarkan pikiran dikuasai, dikendalikan, atau dialihkan oleh informasi-informasi lain yang tidak relevan. Misalnya, dalam sebuah debat politik mengenai boleh tidaknya menggusur sebuah gedung bersejarah untuk membangun supermarket. Seorang politisi, misalnya, mengalihkan pembicaraan dari substansi permasalahan dengan mengatakan bahwa gedung tua itu temboknya sudah lapuk, catnya sudah mengelupas, dan tidak enak dipandang mata. Gedung tua itu merusak pemandangan kota. Cara berargumentasi seperti ini, jika diikuti hanya akan mengalihkan perhatian dari hal-hal yang substansial ke hal-hal yang sifatnya sekunder dan periferal.
5.Konsistensi (Consistency)
Mencari dan mempertahankan kebenaran menuntut adanya konsistensi sikap, baik dalam upaya terus menerus mencari kebenaran maupun membangun argument-argumen mengenai pengetahuan. Kebenaran tidak pernah dicapai sekali untuk selamanya, dia harus terus dikejar dan diusahakan. Tanpa sikap konsisten dalam mencari kebenaran mustahil memperoleh kebenaran. Demikian pula sikap konsisten dalam membangun argumentasi yang adalah ekspresi pengetahuan subjek mengenai sesuatu. Argumen yang jelas dan terpilah-pilah harus tetap dipertahankan, dan ini langsung memperlihatkan konsistensi dari si subjek yang berpikir kritis.
 Ada dua ketidakkonsistenan yang harus dihindari. Pertama, inkonsistensi logis, dalam arti percaya atau menerima sebagai benar suatu materi tertentu yang tidak benar sebagian atau seluruhnya. Kedua, inkonsistensi praktis, yakni diskrepansi antara perkataan dan perbuatan. Orang yang konsisten harus memiliki sikap yang mencerminkan apa yang dikatakannya. Hal ini akan nyata benar dalam pemikiran dan sikap moral.
 Seorang politikus yang gagal melaksanakan apa yang sudah dijanjikannya atau membual di televisi, seorang penceramah agama terkenal yang ketahuan memiliki istri simpanan, seorang artis yang mengkampanyekan penolakan terhadap narkotika tetapi terlibat sebagai pengguna, semuanya adalah kaum farisi dan munafik, Mereka gagal menjadi orang-orang kritis bagi dirinya sendiri, tetapi juga memiliki karakter yang buruk secara moral.
6.Kebenaran Logis (Logical Correctness)
 Coba pelajari kutipan berikut:
 “Kadang-kadang saya terkejut mendengar hujatan dari mereka yang mengira bahwa diri mereka adalah orang-orang kudus—misalnya para biarawati yang tidak pernah telanjang ketika mandi. Ketika ditanya mengapa mereka melakukan hal demikian, padahal tidak seorang pun mengintip ketika mereka mandi, mereka menjawab, “O, Anda lupa akan Tuhan yang Maha Baik.” Jelas mereka memahami Tuhan sebagai orang yang suka mengintip (Peeping Tom), di mana kemahakuasaan-Nya memampukan Dia untuk mengetahui segala sesuatu, termasuk mengintip melalui dinding kamar mandi. Cara pandang seperti ini sangat menggangu saya.” (Bertrand Russell, Unpopular Essay (New York: Simon & Schuster, 1950),
7. Keutuhan (Completeness)
 Ini lebih berhubungan dengan rasa tidak puas pikiran kita ketika mencerna atau memahami suatu pemikiran. Misalnya, kita membaca laporan investigasi koran atau majalah tertentu mengenai kejahatan kra putih (white Collar Crime). Mungkin karena keterbatasan ruang atau data-data, kita sebagai pembaca merasa tidak puas dengan apa yang disajikan. Reaksi pikirn kita ini wajar adanya, karena kita sadar betul, bahwa sesuatu akan menjadi lebih baik jika mendalam dan sebaliknya. Pikiran kita akan mengapresiasi pemikiran-pemikiran yang mendalam lebhh dari sekadar basa-basi atau dibuat-buat.
8. Fairness
 Berpikir kritis menuntut kita agar memiliki pemikiran yang fair, dalam arti open minded, impartial, serta bebas distorsi dan praduga. Memang agak sulit menghindari hal-hal demikian dalam pemikiran kita, tetapi kita harus menghindarinya kalau mau bersikap kritis. Kita memang hidup dalam kebudayaan masyarakat yang menyenangi hal-hal bersifat gossip, dugaan, prasangka, stereotype, dan sebagainya yang ternyata sangat menyenangkan dan menghibur. Tetapi kalau kita mau berpikir dan bersikap kritis, maka hal-hal seperti ini harus dihindari. Jika tidak, pemikiran atau argumentasi yang kita bangun tidak akan objektif dan fair.
E Standart Intelektual
Standart dalam pendidikan intelektual menentukan suatu hasil pemikiran dapat di terima atau tidak. Semakin tinggi standart intelektual maka pola fikir dan kemampuan dalam penelitian yang ilmiah juga akan semakin baik. Dengan begitu teori yang muncul akan lebih mendekati kebenaran.
E Standart Profesional
Seorang pemikir haruslah profesional dan objektif dalam membuat suatu teori. Sikap obyektif haruslah di miliki oleh pemikir kritis karena dengan begitu teori akan lebih global dan dapat di terima oleh masyarakat luas.
KONSEP PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membu at kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
E Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian
            Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
·         Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Fokus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian.
Pulta (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).
Tujuan Pengumpulan Data
1.       Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2.      Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3.      Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4.      Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.
1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
Karakteristik Data
1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.
Sumber Data
1. Sumber data primer
Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber data sekunder
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar.
3. Sumber data lainnya
1. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.

Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan.
2. Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis.
3. Konsultasi
Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa.
4. Hasil pemeriksaan diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
5. Perawat lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.
6. Kepustakaan.
Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
Metoda Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fi
4. Studi Dokumentasi
·        Metodelogi pemeriksaan fisik; head to toe, system, Kebutuhan dasar manusia.
·         KULIT:
Tujuan: 
-         Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
-         Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
              Tindakan:
I =  Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.

·         RAMBUT:
Tujuan:
-         Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
-         Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:         
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus

·         KUKU:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
-         Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I =  catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.

PEMERIKSAAN KEPALA:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
-         Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
I =  Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
·         MATA:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
-         Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I =  Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),  medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
            Inspeksi gerakan mata:
-    Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
-      Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
-      Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
-      Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
-         Berdirilah didepan pasien
-         Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
-         Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
-         Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat). 
Pemeriksaan visus mata:
-         Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
-         Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
-         Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
-         Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
-         Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
-         Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
-         Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
 Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.

§  HIDUNG:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
-         Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
          Tindakan:
I =  Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
§  TELINGA
Tujuan:
-         Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
-         Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
    I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
           Anak     :  Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.


                                Pemeriksaan pendengaran:
1)      Pemeriksaan dengan bisikan
-         Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
-         Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
-         Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
-         Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
-         Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
-         Bandingkan kemempuan mendengar telinga ka.ki
2)      Pemeriksaan dengan arloji
-         Mengatur susasana tenang.
-         Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
-         Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
-         Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.
-         Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.

3)      Pemeriksaan dengan garpu tala:
a.      Tes Rinne
-      Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
-      Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
-      Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
-      Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel dengan daun telinga.
-      Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
-      Mencatat hasil pemeriksaan
b.      Tes Weber
-      Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau  jari
-      Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
-      Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.
-      Mencatat hasil pemeriksaan
c.       Tes Swebeck
-      Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
-      Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.

§  MULUT DAN FARING:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
-         Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
   I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan  faring:
-   Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
-   Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
-   Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien menjulurkan lidah dan berkata “AH”  amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
      Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL”  sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

c.       LEHER
Tujuan:
-         Untuk menentukan struktur integritas leher
-         Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
-         Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
      I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
            Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
            Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
            Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
      Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.

d.      DADA/THORAX
§  PARU/PULMONALIS
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
-         Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
-         Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
-         Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
-         Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I =  Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
      Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
-      Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
-      Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai  menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
      Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
-      Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .
-      Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
-      Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
-      Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
-      Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
-      Ulangi/lakukkan pada dada anterior              
Pe/Perkusi =
-         Atur pasien dengan posisi supinasi
-         Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
-         Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
-            Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
-            Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels

§  JANTUNG/CORDIS
I =  Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
-   Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
-   Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi
-   Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini.
-   Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
-   Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
-   Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
-   Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
-   Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
-         Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
-         Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…”  S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.

e.      PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
-         Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
-         Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
      Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.

      HEPAR:
-         Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12
-         Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.

      LIMPA:
-         Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
-         Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
-         Pada orang dewasa normal tidak teraba

      RENALIS:
-         Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.
-         Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
-         Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.
f.        GENETALIA
TUJUAN
-         Untuk mengetahui adanya lesi
-         Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
-         Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
§  Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
                             P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari

§  Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.


g.      REKTUM DAN ANAL
Tujuan:
-         Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
-         Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
-         Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
Tindakkan:
-         Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/terlentang kaki di angkat dan di topang.
-         Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus
-         Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.

h.      PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
-      Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
-      Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
-         Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan dengan meteran)
-         Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
-         Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
-         Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
-         Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
-         Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka

PERSENDIAAN/ARTICULASI:
-         Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
-         Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
-         Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
i.        PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
Tujuan:
-         Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek.
Tindakkan:
§  Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
                                                                   I.            Olfaktorius/penciuman:
o  Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
                                                                II.            Opticus/pengelihatan:
o  Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas atau tidak.
                                                             III.            Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:
Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.
                                                              IV.            Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
                                                                 V.            Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:
Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan))
Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah  kaji nyeri menyilang pada kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang
                                                              VI.            Abdusen/gerakkan bola mata menyamping:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka
                                                           VII.            Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.

                                                        VIII.            Auditorius/pendengaran:
kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
                                                              IX.            Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
                                                                 X.            Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah”  kaji gerakkan palatum dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
                                                              XI.            Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
                                                           XII.            Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.

§  Pengkajian syaraf sensori:
Tindakkan:
-         Minta klien menutup mata
-         Berikkan rasangan pada klien:
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.


§  Pengkajian reflex:
1.      Refleks Bisep
-         Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi (menghadap ke bawah)
-         Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas tendon bisep
-         Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
2.      Refleks Trisep
-         Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-         Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
-         Meminta pasien untuk merilekkan lengan
-         Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
-         Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek

3.      Refleks Patella
-         Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi
-         Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
-         Pukul tendo patella, kaji refleks
4.      Refleks Brakhioradialis
-         Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-         Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
-         Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
5.      Reflex Achilles
-         Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan patella
-         Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa
-         Pukul tendo Achilles, kaji reflek
6.      Reflex Plantar (babinsky)
-         Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer
-         Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7.      Refleks Kutaneus
a)      Gluteal
-         Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
-         Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
-         Reflek positif spingter ani berkontraksi
b)      Abdominal
-         Minta klien berdiri/berbaring
-         Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek otot abdominal
-         Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah ki.ka
c)      Kremasterik/pada pria
-         Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
-         Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang dirangsang